Produk-produk desain kami (klik di nama produk): Logo | Brosur | Company Profile | Cover buku | Stationary | Kemasan Produk | Tshirt | Banner | Poster | Kalender dinding | Map.
Baca juga : Tentang Kami | Keunggulan Kami | Testimoni & Klien Kami | Kontak Kami | Tips-tips, Artikel, & Konsultasi Desain | Cara Order dan Pricelist | On Progress Project
_____________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________
Penulis : Admin
"Dalam hidup ini, ada 2 kitab yang harus dikuasai : Percaya Diri dan Tahu Diri".
Perhelatan akbar Pemilu 2014 sudah mulai digelar. Akan ada sekitar 300rb caleg yang memprebutkan sekitar 25 ribu kursi se-Indonesia. Sebagian mengikuti "kompetisi" ini dengan niat tulus memperbaiki bangsa, namun tidak dipungkiri ada sebagian lainnya yang memiliki "niat-niat lain".
Hal
yang jelas, dari porsi yang sangat timpang tersebut, akan ada sekitar
275ribu orang yang "gagal". Tinggal sekarang, apakah para kontestan
tersebut menguasai 2 kitab tersebut: percaya diri dan tahu diri. Percaya
diri bicara keyakinan, sedangkan "tahu diri" bicara tentang
hitung-hitungan realistis.
Sayangnya, momen-momen
seperti ini banyak menghasilkan Pemimpin tanpa huruf "N" -> baca :
"pemimpi". Banyak yang tidak bisa mengukur diri dan partainya dan
memiliki "mimpi yang menjulang tinggi". Maka wajarlah ketika jumlah
orang stres dan penghutang bertambah pasca momen ini.
Dalam
bisnis juga begitu analoginya. Keyakinan kita akan sebuah bisnis harus
dibarengi hitung-hitungan realistis. Dibalik percaya diri kita yang
berlebihan akan bisnis dan prospek bisnis, kita sendiri harus "tahu
diri", mengukur seberapa besar kemampuan dan daya jelajah bisnis kita.
Hitung-hitungan realistis ini bukan untuk menjatuhkan mental kita yang sedang bersemangat tinggi membangun sebuah impian, tetapi justru menyelematkan kita dari kejatuhan mental yang lebih parah, jika dunia realita bicara tak seindah idealita. Kita yang "dibekali" semangat sukses kadang tak dibekali semangat untuk juga siap dengan kondisi-kondisi tak terduga yang sangat mungkin terjadi.
Sudah menjadi rahasia umum, ketika memulai usaha, kita selalu menghitung dengan hitung-hitungan "sederhana": Jika ini terjual sekian, modalnya sekian, untungnya sekian, kali sekian hari, maka dalam sekian bulan sudah BEP. Ini benar untuk asumsi awal namun dunia riil mengajarkan ada banyak hal realistis yang akan terjadi.
Mari kita masuk contoh yang lebih riil.
Misalnya ketika kita memiliki produk terbaik untuk dijual. Produk ini
bahkan secara konten jauh lebih unggul dari kompetitor-kompetitornya
yang jauh lebih branded. Tetapi kita tak mengukur diri, bagaimana cara
kita memasarkan produk tersebut.
Kita melakukan
"klaim-klaim", bahwa orang pasti suka dengan produk kita. Padahal "life
is not that simple". Sedangkan marketing tools kita saja tak berkonsep,
sekedar ada dan di desain dengan "sembarangan". Kita sangat mengagungkan
potensi produk kita sampai-sampai menomorduakan "cara membahasakan dan
mempromosikannya".
Kita selalu berpegang pada pendapat
bahwa "produk yang bagus bisa menjual dirinya sendiri". kalau produk
bagus, lama-lama juga orang tahu dan akan berbondong-bondong membeli....
Kelihatannya bener sih, tapi nggak semudah itu ternyata ya...
Dunia
ini adalah dunia persepsi. Betapa pun bagus konten produk kita kalau
persepsi orang lain tak seperti itu, akhirnya ya tidak bagus juga
persepsinya. Itulah kenapa brand-brand besar misalnya berlomba-lomba
mengelola proses marketing dan brandingnya secara serius. Sebab
pertarungan itu aslinya ada di pikiran dan hati konsumen.
Sekarang,
bagaimana mungkin kita bisa memenangkan pertarungan persaingan tersebut
jika misalnya, seluruh marketing tools kita "tak bisa bicara".
Marketing tools kita hanya bisa bicara, ya kalau kita bicara. Padahal
adanya marketing tools itu kan untuk "membantu kita bicara" soal produk
kita. Bahkan yang lebih hebat lagi, seharusnya marketing itu didesain
agar bisa "bicara sendiri".
Maka dari itu, mulailah
serius menggarap marketing tools kita, media promosi kita. Jangan sayang
mengeluarkan budget untuk itu. Jangan hanya membudgetkan untuk
produksi. Setidaknya budgetkan 15%-20% untuk seluruh aktivitas
marketing/promosi.
Kita semua harus ingat, betapa pun
bagus produk kita, ada produk lain yang juga bagus, bahkan ada yang
lebih bagus. Kalau marketing dan promosi mereka lebih bagus, maka
habislah kita. Dalam dunia riil, bahkan ada produk "sampah dan racun",
tetapi karena di kemas dengan baik marketing dan promosinya, banyak
konsumen membeli dan tertipu dengan value yang ditawarkannya.
Dunia
sekarang adalah dunia persepsi. Maka mulailah menyesuaikan diri dengan
hal tersebut dan melakukan hal-hal detil dan teknis untuk memenangkan
persepsi tersebut. Agar kita tak hanya memegang kitab "percaya diri"
tapi juga "tahu diri"...
Butuh desain kemasan produk profesional? SILAHKAN KLIK DISINI !
Baca juga :
- Agar Kemasan Produk Kita Membantu Penjualan
- Menyusun Konten Brosur
- Berapa Sebaiknya Jarak Baca Sebuah Spanduk?
- Gunakan Warna Merah untuk Membangkitkan Selera
- 5 Kesalahan dalam Mendesain Sebuah Brosur
- Filosofi Warna Biru
- Jangan Memperbesar/Memperkecil Logo Sembarangan
- Desain yang Baik Adalah...
- KPK yang Tidak Bisa Dipercaya
- Peranan Desain dalam Branding
- Pengusaha Harus Mau Belajar
- Kesan Pertama Begitu Menggoda, Selanjutnya....
- Filosofi Warna Kuning
- Artikel menarik lainnya...
--
Mobile : 08778-105-1905
Pin BB : 27B89DFC
Solusi Desain Berkualitas untuk Bisnis Anda
Gedung Utaka 87, Lantai 3, Ruang 306
Jl. Utan Kayu Raya No. 87
Jakarta Timur 13120
Telp/fax. 021-8590-4493Pin BB : 27B89DFC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar