Produk-produk desain kami (klik di nama produk): Logo | Brosur | Company Profile | Cover buku | Stationary | Kemasan Produk | Tshirt | Banner | Poster | Kalender dinding | Map | Layanan Premium
Baca juga : Tentang Kami | Keunggulan Kami | Testimoni & Klien Kami | Kontak Kami | Tips-tips, Artikel, & Konsultasi Desain | Cara Order dan Pricelist | On Progress Project
___________________________________________________________________________
Penulis : admin
A: "Udah mandi belum lo?"
Company Profile Simple Studio Indonesia.
Peduli pada desain, peduli pada kualitas,
peduli pada
kesempurnaan
|
hehehe iya, bener juga ya, buat apa?
Ternyata jawabannya sederhana tapi "visioner", karena kita peduli pada kesempurnaan, pada kualitas. Dan ini tidak hanya berpengaruh pada efek komunikasi (yang lebih bagus) tetapi juga pada keberhasilan keseluruhan bisnis itu sendiri secara jangka panjang.
Musim mudik, biasanya
sebagian kita akan melewati jalan tol Kanci-Brebes (dulu Tol Bakrie
namanya). Entah sekarang bagaimana, tetapi beberapa bulan lalu dan
lebaran sebelumnya, banyak "tambalan" di jalan tersebut. Kalau di jalan
"biasa" bukan jalan tol, apalagi di Jakarta yang kecepatan jalan kita
kadang "mendekati nol" karena macet, tambalan-tambalan halus tersebut
tidak akan terasa. Tetapi kalau di jalan tol dimana kecepatan kita
minimal saja sudah 80 km/jam, bahkan ada yang 140 km/jam (atau lebih),
sedikit tambalan di jalan akan mengguncangkan kendaraan.
Sebuah
produsen mobil mewah pasti akan sangat perhatian pada detil. Tidak
hanya sekedar menyelesaikan sebuah bentuk mobil yang terlihat "utuh"
dengan bantuk yang aerodinamis. Tetapi setiap komponennya, dashboard,
roda, kaca depan, spion, sampai dengan detil di tiap mesin akan dibuat
secara teliti dan melewati QC tertentu demi kesempurnaan hasil secara
keseluruhan. Jadi ketika kita "zooming" di salah satu titik, tetap akan
terlihat kesempurnaannya.
Demikian pula dengan masalah
desain, utamanya desain identitas dan marketing tools seperti logo,
stationary, company profile, brosur, kemasan, banner, dll harusnya
diperhatikan dengan lebih serius. Peduli kepada kualitas desain
identitas dan marketing tools adalah salah satu pembuktian
profesionalisme kita dalam menjalankan bisnis. Sebab salah satu definisi
profesional adalah : commitment to quality.
Desain ini adalah bagian dari strategi marketing dan branding produk/perusahaan kita. Memang sekilas peranannya
tidak terlihat besar seperti misalnya produksi, atau sales, atau yang
lainnya. Ia "terlihat" hanya sebagai bagian kecil aktivitas promosi,
marketing atau branding. Namun "sialnya", bagian yang diremehkan
segelintir
orang ini justru berada di"muka", dibagian paling depan, berhadapan
langsung dengan klien atau konsumen kita. Dia lah "muka dan pakaian"
dari produk/jasa atau perusahaan kita. Bayangkan anda masuk ke hotel,
datang ke acara resmi atau sekedar berjalan di mall, lalu anda
menggunakan pakaian yang kumuh, kotor, dan berbau. Apa yang ada dibenak
orang-orang yang melihat kita?
Tengoklah masalah
kemasan, bukankah dia terliebih dahulu yang akan berhadapan dengan
konsumen sebelum mereka mencoba isinya? Company profile, bukankah dia
terlebih dahulu yang maju sebelum konsumen membeli produk/menggunakan
jasa kita? Demikian juga brosur, poster, banner, bahkan logo.
Sama
seperti kasus jalan tol dan mobil di atas, ketika desain ini tidak
ditangani dengan serius, maka akan selalu ada yang terasa "kurang" dari
keseluruhan strategi marketing & branding kita yang mungkin sudah
sangat "wah" tersebut.
Ada contoh sederhana. Seorang
sahabat kemarin datang ke kantor kami dan bertanya-tanya soal harga
desain company profile dan brosur. Alasannya, dia punya sahabat yang
punya bisnis material fiber dan sahabat satunya punya bisnis perumahan.
Keduanya sepertinya merupakan bisnis "kelas kakap". Untuk yang perumahan
saja asetnya lebih dari 500milyar, dan harga produknya sekitar 500juta
rupiah. Namun company profile dan brosur kedua temannya itu terlihat
"sangat menyedihkan". Sangat tidak relevan dengan mahalnya produk yang mereka jual.
Inilah yang kadang kurang disadari oleh para pebisnis dan marketer.
Mereka menyerahkan sepenuhnya masalah desain ini pada vendor
percetakan. Alhamdulillah kalau si vendor punya desainer yang bagus yang
mengerti konsep-konsep desain komunikasi visual, tetapi kalau tidak,
hasilnya justru inefisiensi.
Buat yang
memahami pentingnya masalah persepsi ini, akan terlihat sangat aneh,
jika seseorang menjual produk dengan kisaran harga 300-500juta rupiah,
namun "pelit" mengeluarkan budget beberapa juta atau beberapa belas juta
untuk menangani semua masalah desain ini agar terlihat profesional.
Padahal ini semua justru demi kepentingan kesuksesan penjualan secara
umum.
Hal yang menjadi ironi adalah, bahwa ketika si
pebisnis itu begitu "royalnya" mengeluarkan uang demi gaya hidup dan
penampilan pribadinya, beli laptop canggih, smartphone, komputer tablet,
sampai hal-hal lain. Namun begitu "perhitungannya" ketika harus
membayar lebih bagi "penampilan" produk / perusahaannya. Semuanya seakan
harus terhitung dan terkonversi dengan sales jangka pendek, harus ada
angka yang dihasilkannya. Padahal desain, branding adalah investasi
jangka panjang. Bisa saja diukur, tetapi satuan waktunya harus
diperluas, setahun, dua tahun atau bahkan 5 tahun.
Kalau
semua harus ada konversi pada setiap titik investasi dalam desain, maka
sama saja kita mengatakan bahwa harus ada hitungan sales yang didapat
misalnya, dari pemasangan billboard-billboard para operator seluler di
jalan-jalan. Artinya setiap billboard itu harus punya konversi sales.
Belum lagi kita memperhitungkan POS materials yang lain seperti flyer,
brosur, flag chain, dll... Tentu cara pandang ini menjadi sangat
berlebihan. Padahal jika kita tidak all out melakukan effort itu,
bagaimana orang bisa tahu produk kita, aware terhadap keberadaannya, dan
membuat mereka mau membeli serta melakukan repeat order.
Soal
harga desain memang kadang menjadi "masalah". Namun jika ditilik,
beberapa pebisnis yang sudah bisa naik mobil kelas menengah, atau bahkan
mobil mewah, maka sebenarnya itu hanya masalah mindset tentang
perlu-tidaknya desain profesional itu bagi tampilan bisnis dia.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa sebagian pebisnis, tidak membudgetkan secara khusus masalah desain komunikasi visual ini saat mereka memulai bisnis atau merejuvenasi bisnis. Perhitungan-perhitungan yang ada sifatnya standar, mulai dari pembelian mesin produksi, sewa tempat, gaji karyawan, dll. Paling banter hanya memasukan busget "pembuatan/pencetakan" marketing tools. Untuk desain, jarang yang membudgetkannya secara khusus, padahal justru "mereka" yang akan berada di garda terdepan berhadapan dengan klien.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa sebagian pebisnis, tidak membudgetkan secara khusus masalah desain komunikasi visual ini saat mereka memulai bisnis atau merejuvenasi bisnis. Perhitungan-perhitungan yang ada sifatnya standar, mulai dari pembelian mesin produksi, sewa tempat, gaji karyawan, dll. Paling banter hanya memasukan busget "pembuatan/pencetakan" marketing tools. Untuk desain, jarang yang membudgetkannya secara khusus, padahal justru "mereka" yang akan berada di garda terdepan berhadapan dengan klien.
Sahabat saya yang datang kemarin itu, akhirnya memahami kenapa desain itu sedemikian pentingnya bagi sebuah bisnis. Hanya sayangnya, katanya tak semua orang bisa "memahami" hal ini. Dia juga mempertanyakan, memangnya dimana dia bisa dapatkan pencerahan-pencerahan seperti ini? Jujur saja, kadang media-media desain grafis sendiri terlihat seperti eksklusif milik desainer dan mereka yang punya passion disana. Dan terasa "asing" bagi orang lain. Padahal, kalau boleh klaim, bagi mereka yang mau bisnisnya jangka panjang, ini sudah masuk kebutuhan sekunder, bahkan primer, bukan lagi tersier.
Menurut beliau, perlu ada sosialisasi-sosialisasi atau edukasi khusus kepada banyak para pebisnis agar semakin memahami fungsi dan peranan desain untuk membantu bisnis mereka. Agar semakin sedikit pebisnis yang menyampaikan "dengan ini saja saya sudah kaya, lalu kenapa saya harus mempercantik desain marketing tools kami?"
Saya pribadi pernah dapat
masukan, selain harus mengedukasi pasar UKM, juga harus "menurunkan"
sedikit bahasa yang digunakan agar secara umum pebisnis memahami
pentingnya masalah desain ini. Sebab kalau bahasanya terlalu tinggi,
mungkin hanya mereka yang memiliki passion di bidang ini saja yang
mengerti.
Kembali ke masalah awal, bahwa desain itu
penting. Ia adalah citra/image perusahaan/produk kita. Image tersebut
yang akan membentuk persepsi konsumen. Persepsi tersebut yang akan
menentukan apakah produk/jasa/perusahaan kita "layal dipercaya" atau
tidak. Dan hal terakhir ini, salah satu yang akan menentukan pembelian
dan pembelian ulang (repeat order).
Pebisnis yang
peduli pada desain identitas dan marketing tools-nya adalah pebisnis
yang peduli pada kesempurnaan. Karakter ini-lah yang insya Allah akan
membuat bisnisnya lebih sustain dalam jangka penjang...
Jadi, dia nggak akan jadi pengusaha "Koboy" yang bisnisnya terlihat sempurna dari jauh, tetapi ketika kita zooming, banyak kekurangannya. Salah satunya karena mandinya cuma cuci muka dan basahin rambut :)
Selamat berbisnis...
Baca juga :
- Agar Kemasan Produk Kita Membantu Penjualan
- Menyusun Konten Brosur
- Berapa Sebaiknya Jarak Baca Sebuah Spanduk?
- Gunakan Warna Merah untuk Membangkitkan Selera
- 5 Kesalahan dalam Mendesain Sebuah Brosur
- Filosofi Warna Biru
- Jangan Memperbesar/Memperkecil Logo Sembarangan
- Desain yang Baik Adalah...
- KPK yang Tidak Bisa Dipercaya
- Peranan Desain dalam Branding
- Pengusaha Harus Mau Belajar
- Filosofi Warna Kuning
- Artikel menarik lainnya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar